Paslon Kompak Gunakan Busana Jawa Saat Kampanye Damai, Ini Makna Beskap Luruk yang Digunakan

Sabtu, 26 September 2020 : 23.27

0 komentar

Paslon Kompak Gunakan Busana Jawa ini makna didalamnya

TERASWISATA - Nuansa tradisi Jawa mewarnai acara deklarasi damai Pilkada Solo 2020. Tak heran Spirit Of Java disematkan untuk kota Solo. Bahkan dalam pelaksanaan rangkaian pesta Demokrasi tradisi luhur budaya Jawa menjadi magnet tersendiri.

Dua pasangan calon yang akan maju dalam Pilwalkot Kota Solo Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa dan Bagyo Wahyono-FX Suparjo kompak gunakan pakaian tradisional.

Gibran dan Teguh gunakan lurik

Paslon Gibran-Teguh menggunakan beskap Lurik dan ikat kepala. Sedangkan paslon Bajo menggunakan beskap polos warna hitam dilengkapi dengan blangkon.

YF Sukasno yang mendampingi paslon Gibran sampaikan, pasangan Gibran-Teguh Prakosa mengenakan beskap landung motif lurik yang dipadukan dengan jarik, ikat kepala, dan sepatu selop hitam.

Pakaian khas Jawa tersebut merupakan pesan dari Ketua DPC PDIP Solo, FX Hadi Rudyatmo.

Kain lurik diketahui berasal dari bahasa Jawa yakni Lorek yang melambangkan kesederhanaan. Bahkan kain Lurik ini waktu lalu menjadi simbol atau identik dengan masyarakat biasa (desa).

"Mas Gibran dan Mas Teguh mengenakan setelan pakaian Jawa, yaitu iket kepala dengan motif batik Sidoluhur, baju beskap Lurik Tuluh Watu, jarik bermotif Ceplok Seling Kawung dan alas kaki atau sandal Trumpah Lulang Kebo (kulit kerbau)," jelasnya.

Pemilihan motif tersebut, lanjut Sukasno memiliki filosofi tersendiri yang memiliki makna dan juga harapan di dalamnya. Seperti Ikat motif batik Sidoluhur itu memiliki makna mempunyai keinginan, cita-cita yang luhur itu harus selalu ingat kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Sementara baju beskab lurik motif Tuluh Watu, artinya batu yang bersinar kuat. Jaman dahulu yang menggunakan baju lurik motif Tuluh Watu adalah orang yg sangat di hormati di segani, perkasa juga berwibawa.

Untuk jarik motif Batik Sido Mukti memiliki arti 'Sido' itu jadi dan 'mukti' artinya mereka.

"Harapannya pemakai jarik motif sidomukti tercapai keinginannya dan dalam kemuliaan. Sedangkan sendal trumpah lulang kebo kuat sekali untuk berjalan. Artinya Mas Gibran dan Pak Teguh akan melaksanakan tugas sesuai peraturan dan kometmen terhadap rakyat sangat kuat," imbuhnya.

Bukan hanya paslon saja yang menggunakan busana adat Jawa, namun juga ketua team pemenangan Gibran-Teguh Her Suprabu juga menggunakan iket kepala Gadung Melati, beskab Lurik Tuluh Watu dan jarik Wahyu Tumurun.

Maknanya hampir sama, mengenakan iket Gadung Melati, artinya menyebarkan bau mewangi ke segala penjuru. Memakai baju beskab Lurik Tuluh Watu, artinya berwibawa, kuat perkasa dan di segani. Dan terpenting gerak team pemenangan itu menterjemahkan visi dan misi Paslon.

"Sedangkan jarik motif Batik Wahyu Tumurun intinya seperti taman bunga yang beraneka warna dan mewangi sangat indah sekali," tegas Sukasno.

Bagyo Wahyono dan FX Suparjo (Bajo)

Sedangkan paslon Bagyo Wahyono dan FX Suparjo (Bajo) mengenakan beskap hitam yang dipadukan dengan blangkon dan jarik.

Tak lupa keduanya melengkapi dengan sebuah pin lambang kelompok massa Tikus Pithi Hanata Baris tersemat di beskap tersebut. Bahkan Bagyo Wahyono terlihat menggunakan sebuah keris juga diselipkan di bagian belakangnya.

"Kita menyesuaikan tema pakaian yang ditentukan dalam deklarasi damai Pilkada Solo 2020. Beskap tersebut juga untuk menunjukkan jati diri sebagai orang jawa. Karena kita orang Jawa," katanya.

Bagyo menyebut dirinya juga melengkapi penampilannya dengan sebilah keris. Yang menurut pengakuannya merupakan warisan dari bapaknya. "Ini keras beneran. Dulu peninggal dari bapak, namanya keris sengkelan," ungkapnya.

Dikutip dari berbagai sumber, beskap sebenarnya model desainnya mirip jas. Bagian depannya memiliki potongan berbentuk asimetris dan bagian kancingnya juga dibuat menyamping.

Beskap sendiri juga memiliki makna tentang kehidupan (piwulang sinandhi) ajaran tersirat dalam filosofi Jawa.  Dimana kancing yang ada di dalam beskap melambangkan semua tindakan yang diambil harus diperhitungkan dengan cermat jangan sampai merugikan orang lain.

Kemudian sabuk kain (Ubed) yang dililirkan ke tubuh melambangkan ketekunan untuk berkarya. Bahwa sebagai manusia harus selalu ubed (ulet dan tekun) dalam bekerja. Sedangkan kain jarik bermakna agar manusia tak mudah iri (sirik) dengan orang kesuksesan orang lain. (Dita)

Share this Article

TeraswisataTV

More Stories