Menyibak Sejarah Sondokoro, Desa Legendaris di Balik Pabrik Gula Tasikmadu

Kamis, 24 Juli 2025 : 12.39

0 komentar



TERASWISATA
– Nama Sondokoro mungkin lebih dikenal hari ini sebagai kawasan wisata edukasi dan sejarah di Karanganyar, Jawa Tengah. Namun, di balik popularitasnya sebagai destinasi, Sondokoro menyimpan jejak panjang yang berasal dari legenda rakyat dan sejarah kejayaan industri gula pada masa Mangkunegaran.


Desa Sondokoro merupakan lokasi berdirinya Pabrik Gula Tasikmadu yang dibangun oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Mangkoenagoro IV pada tahun 1871. Pabrik ini menjadi bagian dari upaya modernisasi ekonomi yang dilakukan oleh Mangkunegaran, setelah sebelumnya sukses membangun Pabrik Gula Colomadu pada tahun 1861.


Didirikannya dua pabrik gula ini menandai pencapaian besar seorang penguasa pribumi di masa penjajahan. PG Colomadu dan PG Tasikmadu menjadi bukti kemandirian kerajaan dalam mengelola sumber daya, sekaligus meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar melalui industri.


Namun, sejarah Sondokoro tak hanya berkutat pada industri. Asal-usul nama desa ini justru berakar dari legenda yang berkembang turun-temurun di kalangan masyarakat. Menurut cerita, wilayah ini dulunya dihuni oleh dua tokoh sakti bernama Kyai Sondo dan Kyai Koro—dua murid dari sebuah padepokan ilmu tinggi bernama Padas Plapar.


Setelah lulus, Kyai Sondo dan Kyai Koro menetap di dua desa yang dipisahkan oleh hutan belantara. Persahabatan yang diwariskan pada anak-anak mereka sempat terjalin erat, namun berubah menjadi perselisihan ketika Tumenggung Joyo Lelono—seorang bangsawan pemburu—melamar dua gadis dari dua keluarga tersebut secara bersamaan.


Konflik memuncak saat Kyai Sondo dan Kyai Koro, yang sama-sama ingin membela putrinya, terlibat perkelahian hebat selama 40 hari 40 malam. Karena keduanya memiliki ilmu seimbang dari guru yang sama, pertarungan itu berakhir tragis: mereka “sampyuh” atau musnah bersamaan tanpa pemenang.


Peristiwa itu menjadi asal muasal nama “Sondokoro”—gabungan dari nama kedua tokoh tersebut, sebagai simbol sejarah kelam namun juga sarat nilai filosofi dan persaudaraan yang rusak karena kesalahpahaman.


Saat Pabrik Gula Tasikmadu mulai dibangun, KGPAA Mangkoenagoro IV mengubah nama desa ini menjadi Tasikmadu. Nama baru itu diambil dari harapan agar hasil gula dari pabrik laksana "tasik madu" atau danau manis—membawa kesejahteraan dan kemakmuran bagi masyarakat luas.


Kini, kawasan Sondokoro menjadi kompleks bersejarah yang tak hanya menampilkan sisa-sisa kejayaan industri gula, tetapi juga merawat kisah legenda yang menjadi identitas budaya lokal. Kompleks ini juga berkembang sebagai objek wisata yang menggabungkan edukasi sejarah, hiburan keluarga, dan pelestarian warisan Mangkunegaran./ Berbagai sumber


Share this Article

TeraswisataTV

More Stories