Candi Baru di Lereng Gunung Lawu, Bakal Ungkap Misteri Kehidupan Peradapan Dunia Jutaan Tahun Lalu

Minggu, 20 September 2020 : 23.43

0 komentar

Benarkah penemuan candi baru yang saat ini masih terpendam di lereng Gunung Lawu bakal mengungkap Peradaban Dunia

TERASWISATA - Masuk dalam deretan seven summit of Java alias tujuh puncak gunung tertinggi di pulau Jawa,gunung Lawu juga semakin mempesona dengan sejuta misteri di dalamnya.

Ya, gunung Lawu masih menyimpan sejuta misteri yang belum banyak terungkap ditengah era modernisasi. Selain itu gunung Lawu juga memiliki keunikan yang tidak dimiliki gunung-gunung lain.

Gunung Lawu diketahui memiliki banyak bangunan kuno, tidak hanya di bagian lereng Lawu, namun sampai ke puncak Lawu. Beberapa temuan diantaranya candi Sukuh, candi Cetho, candi Kethek juga candi Planggatan.

Peneliti menyebut candi Sukuh dan Cetho juga Planggatan tersebut merupakan peninggalan era kerajaan Majapahit (era Prabu Brawijaya V) yang dipercaya 'moksa' (menghilang) di puncak Lawu.

Batu yang diyakini bagian dari pondasi Candi Baru

Banyak sekali peninggalan yang diduga di masa peradapan kuno yang ditemukan di gunung Lawu. Bahkan dimungkinkan berasal dari beberapa era kerjaan besar di tanah Jawa.

"Hal itu semakin mempertegas jika gunung Lawu dipercaya menjadi pancering  (pakunya) tanah Jawa," jelas Mbah Po, tokoh yang paham seluk beluk gunung Lawu.

Kepada teraswisata.com,Mbah Po sampaikan banyak sekali peninggalan dari peradaban kuno yang ada di Gunung Lawu. Sebagian sudah diketahui dan sudah dilakukan pemugaran. Seperti Sukuh, Cetho, Planggatan, juga candi Kethek.

"Sudah ada beberapa yang dibuka. Namun masih banyak lagi temuan candi kuno yang belum diekspos," lanjut Mbah Po yang memiliki nama asli Joko Sunarto.

Dengan ditemani segelas kopi panas dan sebatang rokok Mbah Po berkenan untuk sedikit membuka temuan candi kuno di lereng Lawu yang belum diketahui banyak orang. Candi purba, demikian dia menyebut diberi nama situs 'Cemoro Pogog'.

Relawan Karanganyar Emrgency cuba menelesuri batas akhir candi baru yang masih terpendam

Ditemukan pada tahun 2012 lalu,dan diyakini sebagai candi purba yang lebih tua usianya dibandingkan dengan candi yang ada di Gunung Lawu. Pasalnya bebatuan candi tersebut tanpa pahatan seperti kebanyakan candi yang ditemukan sebelumnya.

"Namun untuk mengetahui secara pasti usia situs tersebut jelas perlu kajian dari tim ahli,"papar Mbah Po.

Awalnya saat ditemukan situs tersebut masih belum terlihat bentuk sebuah candi. Hanya berupa bebatuan yang terlihat seperti disusun. Kala itu dirinya sedang beristirahat di sekitar lokasi dengan membuat pondok sederhana dari kayu yang berserakan di hutan.

"Di dekat pondok itu ada pohon cemara yang ambruk karena lapuk. Namun ketinggian Cemara hanya  2 meter saja. Karena pohonnya (cemara) pendek maka lokasi tersebut dinamakan Cemoro Pogog," terang Ketua relawan Karanganyar Emergency (KE).

Awal situs tersebut ditemukan berupa gundukan tanah yang dipenuhi semak belukar. Saat dibersihkan terlihat adanya batu yang menyerupai altar dan tangga berundak yang dipenuhi lumut. Suatu hal mustahil jika tumpukan batu tersebut disusun di era modern.

"Wong lokasine neng duwur gunung ki,adoh saka kampung," lanjutnya.

Dikatakan kuno, karena tumpukan batu tersebut minim ukiran. Bentuknya berupa batuan kotak yang disusun seperti punden berundak. Letaknya diatas Candi Sukuh dan Tahura. Dugaan sementara candi tersebut merupakan candi purba yang dibangun saat zaman batu.

"Soalnya peradapan seperti pahat dan tatah belum ada di situs ini. Semua dari batu. Batunya pun belum begitu ada tatahan, jadi seperti batu gunung yang di tata jenisnya dari batu seperti fosil. Namun nanti biar pihak berwenang  yang menjelaskan" paparnya.

Apakah situs Cemoro Pogog itu sebuah tempat pemujaan, belum bisa dipastikan. Namun yang jelas, jaman dahulu tempat pemujaan atau persembahyangan lokasinya pasti di kawasan pegunungan dan dekat dengan sumber air.

Relawan Karanganyar Emergency masih terus mencari candi baru

Dan memperkuat dugaan tersebut tidak jauh dari lokasi juga ditemukan mata air yang dinamakan Sendang Raja. Lokasi tersebut dikelilingi perkebunan pohon Kina. Sendang Raja juga dikenal memiliki beberapa sumber mata air.

Sementara itu untuk ukuran situsnya terlihat dari susunannya besarnya kemungkinan sama seperti candi Sukuh, namun lebih panjang ukurannya.

"Jika dilihat dari ukuran besarnya sama dengan candi Sukuh, namun lebih panjang. Setidaknya terdiri dari sembilan tingkat (trap). Dan di tiap trap terdapat patirtan," pungkasnya. (brm)

Share this Article

TeraswisataTV

More Stories