Teraswisata – Para perajin kue keranjang di Kabupaten Kudus tak henti-hentinya menyelesaikan proses pembuatan kue tersebut. Mengingat setiap perayaan Imlek, permintaan kue keranjang kian meningkat luar biasa.
Seperti yang tampak di salah satu tempat pembuatan kue keranjang di Toko Roti Pandjunan, Jalan Wahid Hasyim, nomor 40, Desa Panjunan, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus.
Kue keranjang merupakan salah satu kue yang wajib ada saat perayaan Imlek. Paulus Andi Cahyono (42), pemilik toko, sibuk di depan panci penggilingan adonan.
Beberapa kali, Andi menyobek bungkus kemasan tepung ke dalam panci penggilingan adonan. Sambil sesekali Andi mengamati para pekerjanya membuat kue keranjang.
“Ya memang ada pepatah yang bilang, jika kue keranjang itu lengket. Jadi mungkin dengan adanya tradisi ini, semakin mempererat hubungan,” ujar Andi saat disinggung makna kue keranjang.
Bahkan dia memperlihatkan pula contoh kerekatan satu sama lain. Yakni para pekerjanya yang merupakan non-Tionghoa serta mereka adalah warga lokal, dari latar belakang agama yang beda, jelasnya.
Semua itu tak dipersoalkan dalam pekerjaan, sebab yang terpenting adalah kebersamaan.
“Tidak ada unsur, tidak ada apa-apa. Memang bekerja, untuk memasarakan, menjaga tradisi. Tidak ada masalah. Pekerja enjoy-enjoy saja. Karena memang ini produk halal, tidak ada yang membuat mereka segan. Mereka tidak segan memegang ini. 100 persen halal, dan tidak ada yang menggangu keimanan mereka, keyakinan mereka,” ujar Andi.
Dia mengatakan, kue keranjang di tokonya dimulai sejak puluhan tahun silam, dan Andi merupakan generasi ketiga yang mewarisi resep kue keranjang dari leluhur. Disebut kue keranjang, kata dia, karena sejarahnya dulu pakai cetakan keranjang bambu dan dialasi daun pisang.
Namun berkembangnya waktu, kini membuat kue keranjang memakai cetakan loyang biar lebih praktis.
“Jelang Imlek, pemasarannya kita banyak titip ke toko. Lewat media sosial Insagram, Facebook, relasi. Kue keranjang ini musiman. Ada saat jelang Imlek. Memang khusus untuk Imlek saja. Setahun sekali,” ucapnya.
Per hari saat ini, pihaknya bisa membuat 1.000 kue, dengan ukuran kue mini 1 ons, 250 gram, dan 500 gram. Ada empat rasa yang ditawarkan, yakni original, cokelat, pandan, dan vanila.
Sejauh ini, dia melakukan pemasaran hingga ke luar kota. Seperti dari Pati, hingga Semarang. Ditemui di dapur pembuatan kue keranjang, dua di antara pekerjanya itu adalah Sri Handayani dan Lasmi.
Mereka mengaku sudah bertahun-tahun bekerja membuat kue keranjang di toko itu. Setiap mendekati perayaan tahun baru Imlek, mereka harus bekerja lembur.
“Ramai memang pesanannya kue keranjang. Saya bersama yang lain harus ngelembur buat kue keranjang. Kadang sampai malam lemburnya,” kata Sri Handayani, yang berasal dari Undaan, Kudus. (Humas Jateng)