SOLO - Memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW, Kraton Surakarta rutin menggelar acara Sekatenan yan ditandai dengan keluarnya sepasang pusaka milik Kraton Surakarta berupa gamelan.
Berangkat dari Keraton Kasunanan Surakarta menuju ke Masjid Agung, Selasa (2/11/2019).
Adalah gamelan Kyai Guntur Madu dan gamelan Kyai Guntur Sari yang diletakkan di Masjid Agung akan ditabuh selama sepekan, selepas Ashar dan berhenti menjelang Maghrib hingga puncak acara Grebeg Mulud.
Tradisi Sekaten diawali pada jaman kerajaan Islam Demak dengan rajanya yang dikenal sebagai Raden Patah, putra Prabu Brawijaya V dari Kerajaan Majapahit. Dulunya digunakan sebagai syiar agama Islam oleh Wali Songo.
Salah satu abdi dalem bernama Parmo (65) menjelaskan sebelum di letakkan di masjid Agung, gamelan harus diambil dari Kraton terlebih dahulu. Sebab gamelan itu merupakan salah satu pusaka milik Kraton Solo.
Menurutnya bukan hal mudah untuk mengangakat perangkat gemelan tersebut. Harus memiliki hati bersih lahir dan batinnya. Rombongan yang mengangkat gamelan menggunakan pakaian khas abdi dalem kraton.
"Tidak ada tidak ada ritual khusus bagi abdi dalem yang membawanya, misalkan harus poso (puasa) dulu. Yang pasti hanya mandi wajib agar bersih ketika membawa perangkat gamelan ke Masjid Agung," jelasnya.
Hal utama yang dilakukan para abdi dalem, lanjut Parmo agar tidak terasa berat dan terbebani saat mengangkat perangkat gamelan, harus melakukannya dengan ikhlas.
"Kudu ikhlas, ning yen 'ngresula' (mengeluh) justru saat membawa perangkat gamelan akan terasa berat. Sebab segala sesuatu yang dilakukan dengan hati ikhlas, niat ngawula lahir batin, Insya Allah lancar," ucapnya.
Parmo mengaku sudah pulahan tahun mengabdi sebagai abdi dalem Kraton Solo. Sejak jaman PB XII masih sugeng (belum wafat). Bahkan sudah sejak jaman kakeknya, keluarganya mengabdi pada Kraton.
Bersama sekitar 150 abdi dalem Parmo mengangkat perangkat gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari menuju Masjid Agung yang tidak jauh dari Kraton Solo.
Nantinya lanjut Parmo cucuk lampah (penunjuk jalan) akan berjalan beriringan membawa perangkat gamelan kemudian untuk diletakkan di bangsal Masjid Agung Solo.
Kyai Guntur Sari dan Kyai Guntur Madu, gamelan pusaka milik Karaton Surakarta yang di tabuh di arak dari Sitihinggil menuju Masjid Agung dan selanjutnya diletakkan di bangsal mangiwa (sisi kiri) dan manengen (sisi kanan) Masjid Agung Surakarta.
Untuk perangkat gamelan Kyai Guntur Madu diletakkan di bangsal sebelah utara Masjid Ageng. Dan perangkat gamelan Kyai Guntur Sari menuju bangsal di sebelah selatan.